HIRUP

HIRUP
mulih ka jati, mulang ka asal

Jumat, 31 Oktober 2014

Penemu Benua Amerika

Sekali lagi......Penemu Benua Amerika Bukan Christopher Colombus!



Selama ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalkis Jerman Prof. Paul Kalhe yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi perangko Peta Piri Reis itu
D. MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA : Sumber-sumber dan Perspektif Barat :
Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA : HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)
Hari ini, kalau kita membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di Andalusia.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, hari ini di Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik nergara bagian, kota, sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama Islamatau nama dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya di Amerika.
Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama negara bagaian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan sesuatu dikemudian hari”.
Dr. Mroueh juga menulis, beberapa nama yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti Mecca di Indiana. Medina merupakan nama paling populer di Amerika. Medina terdapat di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota. Medina di Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa. Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Colombus mendarat di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana (saudara), kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika) yang berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara ”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik awalnya.
Hari ini, seandainya kita mengunjungi Washington, dan sempat mengunjungi Perpustakaan Kongres (Library of Congress), dan meminta arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku terkemuka Indian, tahun 1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan tandatangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn Abdullah. Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab Sharkee
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang ternyata didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan kaum lelakinya memakai turban (sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya secara perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai aksara Cherokee yang kemudian diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh seorang tokoh Cherokee modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan antara aksara Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan beberapa pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai kemiripan dengan aksara Arab.

Yang lebih mengherankan adalah, ternyata keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan Suku Cherokke, tapi juga dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan tutup kepala khas corang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago dan Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835 hingga 1870.

Kamis, 30 Oktober 2014

Rundayan







Catatan Sunda







Tadinya saya hanya mencari-cari asal-usul nama jalan di seputaran Dago, yaitu jalan Purnawarman, Sawunggaling, Mundinglaya, Ciungwanara, Ranggagading, Ranggamalela, Ranggagempol, Hariangbanga, Geusan Ulun, Adipati Kertabumi, Dipati Ukur, Suryakancana, Wira Angunangun, Ariajipang, Prabu Dimuntur, Bahureksa, Wastukancana, Gajah Lumantung, Sulanjana, Badaksinga, Bagusrangin, Panatayuda, dan Singaperbangsa. Tidak banyak yang saya dapat dari pencarian Google, juga tidak punya buku referensi untuk saya dongengkan kembali. Jadi hanya saya tulis asal-usul Sunda saja, mungkin nanti saya temukan juga dongeng atau pun sejarah tentang nama-nama jalan di atas.
Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya, Tarumanagara. Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13 ingin mengembalikan keharuman Tarumanagara yang semakin menurun di purasaba (ibukota) Sundapura. Pada tahun 670M ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (selanjutnya punya nama lain yang menunjukkan wilayah/pemerintahan yang sama seperti Galuh, Kawali, Pakuan atau Pajajaran).

Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Maharaja Tarusbawa menerima tuntutan Raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batas (Cianjur ke Barat wilayah Sunda, Bandung ke Timur wilayah Galuh).

Menurut sejarah kota Ciamis pembagian wilayah Sunda-Galuh adalah sebagai berikut:
Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan
Galuh Pakuan beribukota di Kawali - Ciamis
Galuh Sindula yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili
Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan
Galuh Kalangon berlokasi di Alas Roban beribukota Medang Pangramesan
Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan
Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman
Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan
Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo
Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan
Tarusbawa bersahabat baik dengan raja Galuh Bratasenawa atau Sena. Purbasora –yang termasuk cucu pendiri Galuh– melancarkan perebutan tahta Galuh di tahun 716M karena merasa lebih berhak naik tahta daripada Sena. Sena melarikan diri ke Kalingga (istri Sena; Sanaha, adalah cucu Maharani Sima ratu Kalingga).

Sanjaya, anak Sena, ingin menuntut balas kepada Purbasora. Sanjaya mendapat mandat memimpin Kerajaan Sunda karena ia adalah menantu Tarusbawa. Galuh yang dipimpin Purbasora diserang habis-habisan hingga yang selamat hanya satu senapati kerajaan, yaitu Balangantrang.

Sanjaya yang hanya berniat balas dendam terpaksa harus naik tahta juga sebagai Raja Galuh, sebagai Raja Sunda ia pun harus berada di Sundapura. Sunda-Galuh disatukan kembali hingga akhirnya Galuh diserahkan kepada tangan kanannya yaitu Premana Dikusuma yang beristri Naganingrum yang memiliki anak bernama Surotama alias Manarah.

Premana Dikusuma adalah cucu Purbasora, harus tunduk kepada Sanjaya yang membunuh kakeknya, tapi juga hormat karena Sanjaya disegani, bahkan disebut rajaresi karena nilai keagamaannya yang kuat dan memiliki sifat seperti Purnawarman. Premana menikah dengan Dewi Pangreyep –keluarga kerajaan Sunda– sebagai ikatan politik.

Di tahun 732M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Medang dari orang tuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara putranya, Tamperan dan Resiguru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resiguru Demunawan.

Premana akhirnya lebih sering bertapa dan urusan kerajaan dipegang oleh Tamperan yang merupakan ‘mata dan telinga’ bagi Sanjaya. Tamperan terlibat skandal dengan Pangreyep hingga lahirlah Banga (dalam cerita rakyat disebut Hariangbanga). Tamperan menyuruh pembunuh bayaran membunuh Premana yang bertapa yang akhirnya pembunuh itu dibunuh juga, tapi semuanya tercium oleh Balangantrang.

Balangantrang dengan Manarah merencanakan balas dendam. Dalam cerita rakyat Manarah dikenal sebagai Ciung Wanara. Bersama pasukan Geger Sunten yang dibangun di wilayah Kuningan Manarah menyerang Galuh dalam semalam, semua ditawan kecuali Banga dibebaskan. Namun kemudian Banga membebaskan kedua orang tuanya hingga terjadi pertempuran yang mengakibatkan Tamperan dan Pangreyep tewas serta Banga kalah menyerah.

Perang saudara tersebut terdengar oleh Sanjaya yang memimpin Medang atas titah ayahnya. Sanjaya kemudian menyerang Manarah tapi Manarah sudah bersiap-siap, perang terjadi lagi namun dilerai oleh Demunawan, dan akhirnya disepakati Galuh diserahkan kepada Manarah dan Sunda kepada Banga.

Konflik terus terjadi, kehadiran orang Galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum, sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Karena konflik tersebut, tiap Raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan tempat kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan. Dengan demikian, pusat pemerintahan itu berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya. Antara tahun 895M sampai tahun 1311M kawasan Jawa Barat diramaikan sewaktu-waktu oleh iring-iringan rombongan raja baru yang pindah tempat.

Dari segi budaya orang Sunda dikenal sebagai orang gunung karena banyak menetap di kaki gunung dan orang Galuh sebagai orang air. Dari faktor inilah secara turun temurun dongeng Sakadang Monyet jeung Sakadang Kuya disampaikan.

Hingga pemerintahan Ragasuci (1297M–1303M) gejala ibukota mulai bergeser ke arah timur ke Saunggalah hingga sering disebut Kawali (kuali tempat air). Ragasuci sebenarnya bukan putra mahkota. Raja sebelumnya, yaitu Jayadarma, beristrikan Dyah Singamurti dari Jawa Timur dan memiliki putra mahkota Sanggramawijaya, lebih dikenal sebagai Raden Wijaya, lahir di Pakuan. Jayadarma kemudian wafat tapi istrinya dan Raden Wijaya tidak ingin tinggal di Pakuan, kembali ke Jawa Timur.

Kelak Raden Wijaya mendirikan Majapahit yang besar, hingga jaman Hayam Wuruk dan Gajah Mada mempersatukan seluruh nusantara, kecuali kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin Linggabuana, yang gugur bersama anak gadisnya Dyah Pitaloka Citraresmi pada perang Bubat tahun 1357M. Sejak peristiwa Bubat, kerabat keraton Kawali ditabukan berjodoh dengan kerabat keraton Majapahit.
Menurut Kidung Sundayana, inti kisah Perang Bubat adalah sebagai berikut, dikutip dari Jawa Palace:

Tersebut negara Majapahit dengan raja Hayam Wuruk, putra perkasa kesayangan seluruh rakyat, konon ceritanya penjelmaan dewa Kama, berbudi luhur, arif bijaksana, tetapi juga bagaikan singa dalam peperangan. Inilah raja terbesar di seluruh Jawa bergelar Rajasanagara. Daerah taklukannya sampai Papua dan menjadi sanjungan empu Prapanca dalam Negarakertagama. Makmur negaranya, kondang kemana-mana. Namun sang raja belum kawin rupanya. Mengapa demikian..? Ternyata belum dijumpai seorang permaisuri. Konon ceritanya, ia menginginkan isteri yang bisa dihormati dan dicintai rakyat dan kebanggaan raja Majapahit. Dalam pencarian seorang calon permaisuri inilah terdengar khabar putri Sunda nan cantik jelita yang mengawali dari Kidung Sundayana.

Apakah arti kehormatan dan keharuman sang raja yang bertumpuk dipundaknya, seluruh Nusantara sujud di hadapannya. Tetapi engkau satu, jiwanya yang senantiasa menjerit meminta pada yang kuasa akan kehadiran jodohnya. Terdengarlah khabar bahwa ada raja Sunda (Kerajaan Kahuripan) yang memiliki putri nan cantik rupawan dengan nama Diah Pitaloka Citrasemi.

Setelah selesai musyawarah sang raja Hayam Wuruk mengutus untuk meminang putri Sunda tersebut melalui perantara yang bernama tuan Anepaken, utusan sang raja tiba di kerajaan Sunda. Setelah lamaran diterima, direstuilah putrinya untuk di pinang sang prabu Hayam Wuruk. Ratusan rakyat menghantar sang putri beserta raja dan punggawa menuju pantai, tapi tiba-tiba dilihatnya laut berwarna merah bagaikan darah. Ini diartikan tanda-tanda buruk bahwa diperkirakan putri raja ini tidak akan kembali lagi ke tanah airnya. Tanda ini tidak dihiraukan, dengan tetap berprasangka baik kepada raja tanah Jawa yang akan menjadi menantunya.

Sepuluh hari telah berlalu sampailah di desa Bubat, yaitu tempat penyambutan dari kerajaan Majapahit bertemu. Semuanya bergembira kecuali Gajahmada, yang berkeberatan menyambut putri raja Kahuripan tersebut, dimana ia menganggap putri tersebut akan “dihadiahkan” kepada sang raja. Sedangkan dari pihak kerajaan Sunda, putri tersebut akan “di pinang” oleh sang raja. Dalam dialog antara utusan dari kerajaan Sunda dengan patih Gajahmada, terjadi saling ketersinggungan dan berakibat terjadinya sesuatu peperangan besar antara keduanya sampai terbunuhnya raja Sunda dan putri Diah Pitaloka oleh karena bunuh diri. Setelah selesai pertempuran, datanglah sang Hayam Wuruk yang mendapati calon pinangannya telah meninggal, sehingga sang raja tak dapat menanggung kepedihan hatinya, yang tak lama kemudian akhirnya mangkat. Demikian inti Kidung.

Sunda-Galuh kemudian dipimpin oleh Niskala Wastukancana, turun temurun hingga beberapa puluh tahun kemudian Kerajaan Sunda mengalami keemasan pada masa Sri Baduga Maharaja, Sunda-Galuh dalam prasasti disebut sebagai Pajajaran dan Sri Baduga disebut oleh rakyat sebagai Siliwangi, dan kembali ibukota pindah ke barat.

Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki 6 buah Jung (kapal laut model Cina) untuk perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor / tahun).

Selain tahun 1511 Portugis menguasai Malaka, VOC masuk Sunda Kalapa, Kerajaan Islam Banten, Cirebon dan Demak semakin tumbuh membuat kerajaan besar Sunda-Galuh Pajajaran semakin terpuruk hingga perlahan-lahan pudar, ditambah dengan hubungan dagang Pajajaran-Portugis dicurigai kerajaan di sekeliling Pajajaran.

Setelah Kerajaan Sunda-Galuh-Pajajaran memudar kerajaan-kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran mulai bangkit dan berdiri-sendiri, salah satunya adalah Kerajaan Sumedang Larang (ibukotanya kini menjadi Kota Sumedang). Kerajaan Sumedang Larang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Adji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan kembali ke Pakuan Pajajaran, Bogor.

Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama (terutama penyebaran Islam), militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putranya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata / Rangga Gempol I atau yang dikenal dengan Raden Aria Suradiwangsa naik tahta. Namun, pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan, pada tahun 1620M Sumedang Larang dijadikan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai ‘kerajaan’ diubah menjadi ‘kabupaten’.

Sultan Agung memberi perintah kepada Rangga Gempol I beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan sementara diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede. Hingga suatu ketika, pasukan Kerajan Banten datang menyerbu dan karena setengah kekuatan militer kabupaten Sumedang Larang diberangkatkan ke Madura atas titah Sultan Agung, Rangga Gede tidak mampu menahan serangan pasukan Banten dan akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur. Sekali lagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan. Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung, diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggungjawabannya dan akhirnya tertangkap dari persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah Priangan.

Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang, sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan Galuh (Ciamis) dibagi kepada tiga bagian; Pertama, Kabupaten Bandung, yang dipimpin oleh Tumenggung Wiraangunangun, kedua, Kabupaten Parakanmuncang oleh Tanubaya dan ketiga, kabupaten Sukapura yang dipimpin oleh Tumenggung Wiradegdaha atau R. Wirawangsa atau dikenal dengan “Dalem Sawidak” karena memiliki anak yang sangat banyak.

Selanjutnya Sultan Agung mengutus Penembahan Galuh bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III (anak Prabu Dimuntur, keturunan Geusan Ulun) untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa, karawaan.

Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putra Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (Bupati) di Karawang, pada Tahun 1656M. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Panembahan Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug. Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putra Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda Iantara Tahun 1679M dan 1721M ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang. Stop..!! kepanjangan ceritanya.. ^_^

Jadi nama jalan Sawunggaling, Mundinglaya, Ranggagading, Ranggamalela, Suryakancana, Ariajipang, Bahureksa, Gajah Lumantung, Sulanjana, Badaksinga dan Bagusrangin belum saya temukan dongeng atau sejarahnya, sebagian kalau tidak salah ingat adalah tokoh-tokoh dalam cerita rakyat Lutung Kasarung.







Pepeling
Papatah Ti Kolot Baheula, anu pituduh dina kahirupan di dunya ... 

1. Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & 
consitent). 
2. Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya 
performance yg oke dan harus consitent dengan perilakunya . 
3. Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling 
mencintai, memberi nasihat dan mengayomi). 
4. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu ,memfitnah) 
5. Bengkung ngariung bongok ngaronyok (dalam hal menghadapi 
kesulitan/ problems/ masalah harus dipecahkan bersama).
6. Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa 
yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya). 
7. Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan 
oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya). 






CANGGREUD





Bila Subuh Utuh,
Pagi tumbuh, hati teduh, pribadi tidak angkuh, keluarga tidak keruh, maka damai berlabuh.

Bila Dhuhur Teratur,
Diri jadi jujur, hati tidak kufur, rasa hati selalu bersyukur, amal ibadah tidak udzur, keluarga akur, maka hidup jadi makmur.

Bila Asar Kelar,
Jiwa jadi sabar, raga jadi tegar, senyum menyebar, maka rezeki jadi lancar.

Bila Maghrib Tertib,
Ngaji jadi wajib, wirid jadi tertib, jauh dari aib, maka syafaat jadi karib.

Bila Isya Terjaga,
Malam bercahaya, gelap tidak terasa, hidup damai sejahtera, bahagia selamanya.

Semoga kita dapat istiqomah menjalaninya.
Aamiin...


Mun urang sholat shubuh geus jadi matuh,
Tinangtu hate  teduh, pribadi tidak angkuh, keluarga tidak keruh, maka damai berlabuh.





IKET SUNDA






“Nu lima diopatkeun. Nu opat ditilukeun. Nu tilu diduakeun. Nu dua, dihijikeun. Nu hiji jadi kasep (Yang lima dijadikan empat. Yang empat dijadikan tiga. Yang tiga dijadikan dua. Yang dua dijadikeun satu. Yang satu menjadi tampan)”.
Kalimat itu diucapkan pengajar Filsafat Seni, Prof Yakob Sumardjo saat mengajar mahasiswa pascasarjana di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Kota Bandung. Menurut dia, filsafat Sunda selalu merujuk alam.
Apakah kalimat tadi dikenal di kalangan orang Sunda maka kini? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mari melihat ke fenomena yang muncul kini, saat iket menjadi tren di kalangan anak muda. Iket semula digunakan oleh masyarakat adat, namun sekarang tak lagi demikian. Anak-anak muda dengan berbagai macam motif dan gaya memakai iket tampak di setiap sudut Kota Bandung. Ada apakah ini?
Terlalu banyak pertanyaan yang muncul. Tokoh masyarakat Sunda, Eka Santosa, mengurai sejumlah jawaban yang memungkinkan hal itu terjadi. Menurut Eka, fenomena ini terjadi secara alami. Ini menunjukkan adanya kerinduan akan tata nilai-nilai local. “Penyebabnya pada kejenuhan akan modernisasi yang tidak menyelesaikan masalah. Yang ada malah merumitkan tradisi, sehingga ada keinginan kembali pada tata nilai tradisional,” katanya.
Iket yang dipakai oleh generasi sekarang adalah sebagai sebuah identitas. Mereka sengaja menciptakan kekhasan iket yang mereka pakai untuk menunjukkan siapa mereka. “Padahal, pemakaian iket itu penuh dengan pemaknaan diri,” ujar Eka.
Dia member contoh di tengah masyarakat Baduy yang menjadikan iket sebagai identitas diri sejak lampau. Orang bias membedakan dengan mudah dari Baduy manakah seseorang dilihat dari iket yang dipakainya. Selain itu, iket juga merupakan komitmen pada diri yang harus terus terjaga.
Budayawan Sunda Nana Munajat menerjemahkan iket sebagai batasan pada diri yang memakainya. Iket yang dipasang di kepala orang Sunda, secara filosofis menandakan agar pemakainya tidak ingkah (lepas) dan ngencar(lepas) dari kasundaan. “Iket itu sebagai ikatan bagi pemakainya,” ucapnya.
Kebanggaan memakai iket sekarang tinggal diarahkan pertanggungjawabannya melestarikan budaya local. Namun, tidak bias dimungkiri iket juga menghadirkan berbagai macam kreativitas gaya memakainya. Dulu, menurut Nana, dikenal tujuh gaya memakai iket, di antaranya parekos nangka, lohen, tutup liwet atau julang ngapak, barangbang semplak, balukar peunggas, sampai, dan kole nyangsang. “Munculnya banyak gaya memakai iket untuk kreativitas itu sah-sah saja. Karena iket juga tidak bisa diklaim  begitu saja sebagai milik masyarakat Sunda. Daerah lain juga memiliki. Yang membedakan hanyalah cara berpikir yang mesti selaras dengan pakaian yang digunakan,” kata Nana.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4KTBwr9_K9yCWueVUdvKdzGS4d4T4PCCZvVQZ6kBaIm7fWbFAYI9Qr6RU3ZTeUQJfobr5DMW9F6yABn6Ruay8PJv5Fj-SCDksyHo6F5SVntfURB8CeTzWd5Dd-FAGUOb4m84eJko2LCo/s400/rupa-rupa+iket+sunda.jpg
 (A = Barangbang Semplak), (B = Julang Ngapak), (C = Mahkota Wangsa), (D = Candra Sumirat), (E = Koncer), (F = Kole Nyangsang), (G = Kampung Adat Dukuh), (H = Parekos Jengkol), (I = Parekos Gedang), (J= Parekos Nangka), (K = Kebo Modol), (L = Buaya Ngangsar)
Nana juga mengapresiasi keinginan pemerintah mewajibkan memakai iket. Namun tidak hanya memakai, diisi pula makna dari iket itu. “Untuk apa kepala dipakaikan iket kalau isinya tetap ngencar. Fungsi iket itu kan, agar kita tidak ingkah dari budaya dan agama,“ tutur Nana.
Kalimat yang diucapkan Prof. Yakob Sumardjo tadi sudah dikenal oleh orang Sunda sejak di masa lampau. Kalimat itu pula yang mudah diingat ketika melipat kain iket sunda untuk dipasangkan di kepala. Yakob mengatakan filsafat alam itu pula yang ada dalam iket. Ia menggambarkan iket itu sebagai mandala (mata angin) yang memiliki pusat di bumi. Itu pula digambarkan dalam warna-warna dasar iket yang selalu dekat dengan alam. “Ketika dari lima menjadi satu, maka ia berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan yang satu. Setelah dekat dengan Tuhan, maka pemakainya akan tampan luar dalam,” ucap Yakob.
Hal senada juga diungkapkan salah seorang pendiri Paguyuban Sundawani Robby Maulana Dzulkarnaen. Menurut dia, fenomena maraknya pemakaian iket, khususnya di kalangan anak muda bisa diartikan sebagai tanda bangkitnya budaya Sunda. Meski ini baru menjadi cirri, tapi diharapkan bisa mendongkrak kesadaran dalam bertingkah laku. “Malu dengan iket jika ternyata masih berbuat di luar Kasundaan,” katanya.
Robby melihat fenomena ini menjalari kaum muda. Dengan begitu, antara kaum muda dan kaum sepuh sama-sama menyandarkan diri.
Iket Kreasi
Kini, tidak hanya warna polos dan mendekati tanah seperti biru, cokelat, dan putih yang menjadi tren. Iket-iket dengan motif tertentu dibuat untuk menunjukkan identitas pemakai. Ada yang dilukis atau pun dicetak. Untuk mempermudah pemakai, iket telah dibuat praktis bak peci. Namun, yang tetap rajin berkreasi bertahan dengan iket lepasan.
Budayawan Nana Munajat juga membuat iket praktis sejak 2005. Hanya, dulu Nana menjualnya untuk kalangan tertentu sesuai pesanan. Pemesanan iket praktis didominasi gaya kole nyangsang, cikerak, kuda ngencar, dan barangbang semplak. Dengan harga Rp50.000, Nana menerima pesanan minimal 10 buah. Pesanan pun lalu diproduksi di rumahnya di Jalan Kuta Luhur No. 77, RT 02 RW 08 Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Bandung Barat.
Iket praktis dengan berbagai variasi di luar pola dasar pun bermunculan. Komunitas Iket Sunda (KIS) yang menanam benih munculnya kreasi itu. Menurut Ketua KIS, Agus Roche, munculnya pemakaian iket Sunda itu karena kecintaan anak muda terhadap budaya Sunda. Pemakaian iket itu nantinya tidak hanya berfungsi merapikan rambut, melindungi kepala, membawa barang, dan pelindung badan, tetapi juga bisa membuat pemakainya bisa mengikat hawa napsunya.
Soal motif yang ada dalam iket, Agus membaginya dalam beberapa bagian yaitu pager, modang, waruga, dan juru. Pager adalah motif yang ada di sekeliling iket. Modang, bentuk kotak bujur sangkar pada bagian tengah iket. Waruga, bagian tengah iket yang polos. Sedangkan juru adalah motif yang ada di setiap sudut iket.
Gaya-gaya iket juga terus bervariasi. Malahan jika pemakai iket memiliki gaya baru, ia akan memamerkan di komunitas. “Saya berharap tren ini tidak sesaat dan bisa terus bangga sebagai orang Sund,” 










Rabu, 29 Oktober 2014

Bekel Hirup




Papagon












Papatah Ti Kolot Baheula, anu pituduh dina kahirupan di dunya ... 

1. Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & 
consitent). 
2. Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya 
performance yg oke dan harus consitent dengan perilakunya . 
3. Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling 
mencintai, memberi nasihat dan mengayomi). 
4. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu ,memfitnah) 
5. Bengkung ngariung bongok ngaronyok (dalam hal menghadapi 
kesulitan/ problems/ masalah harus dipecahkan bersama).
6. Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa 
yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya). 
7. Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan 
oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya). 




fala tatafakkarun, afala ta’qilun, afala tanzhurun.
Oleh Alqur'an bukan ilmu fisika, bukan biologi atau sejarah, akan tetapi lebih dari sekedar ilmu-ilmu itu yaitu menjadi manusia yang berpikir (afala tatafakkarun) ..... berakal (afala ta'qilun) ..... dan meneliti (afala tandzurun), apa-apa yang terjadi pada alam semesta sehingga menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan Dalam banyak ayat ditegaskan sejumlah himbauan seperti “afala ta’qilun“, “afala yatadabbarun“, “afala tatafakkarun“, yang berarti, apakah kalian tak memakai akal, apakah kalian tak menelaah, apakah kalian tak berpikir.


Afala ta’qilun adalah sebuah daya picu dalam alquran kepada ummat islam untuk berpacu mendaya gunakan akal fikiran untuk menyelesaikan tanggungjawab kekhalifahan di muka bumi. Penamaan benda diserahkan kepada manusia yang disimbolkan kepada Adam. Berfikir adalah sebuah gerak mental. Fikir berhubungan dengan kamampuan aqal. Kajian terbaru bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk cerdas secara intelektual, namun juga memliki beberapa kecerdasan emosional dan spiritual.
Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat Allah (atau tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir (QS. An Nahl:11)

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal (QS. An Nahl:12)















Materi 'Aql dalam Al-Qur'an   

Materi 'aql dalam Al-Qur'an terulang sebanyak 49 kali. Kecuali satu, semuanya datang dalam bentuk fi'il mudhari', terutama materi yang bersambung dengan wawu jama'ah, seperti bentuk ta'qilun atau ya'qilun.   

Kata kerja ta'qilun terulang sebanyak 24 kali dan kata kerja ya'qilun sebanyak 22 kali. Sedangkan, kata kerja 'aqala, na'qilu,dan ya'qilu masing-masing terdapat satu kali.    

Redaksi Afalaa Ta'qilun dalam Al-Qur'an   

Yang paling mencolok dalam redaksi tersebut adalah penggunaan bentuk istifham inkari 'pertanyaan negatif' yang bertujuan memberikan dorongan dan membangkitkan semangat. Bentuk redaksional seperti itu (afala ta'qilun) terulang sebanyak 13 kali dalam Al-Qur'an.   

Di antaranya adalah firman Allah SWT kepada Bani Israel sekaligus kecaman atas mereka,   

QS. 2:44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? 
Maka tidakkah kamu berpikir? 

Perbuatan manusia yang bertentangan dengan pengetahuannya dan bertentangan dengan perintah yang ia berikan kepada orang lain, tidak akan timbul kecuali dari orang yang tidak lurus pemikirannya serta tidak matang akalnya. Manusia seperti ini bahkan, boleh jadi, memiliki gangguan psikis.   

Ayat lain yang di dalamnya terdapat bentuk istifham inkari yang sama adalah firman Allah SWT ketika mendebat Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) tentang masalah Ibrahim, termasuk usaha Ahli Kitab untuk memasukkan Ibrahim bagian dari mereka: sebagai Yahudi atau Kristen. Allah berfirman,   



QS. 3:65. Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?   

Bagaimana mungkin orang dari generasi lebih awal dimasukkan dalam barisan orang yang datang kemudian? Tentulah hanya orang-orang yang tidak mempunyai otak yang berpendapat seperti itu.   

Kita temukan juga ayat lainnya, seperti dalam firman Allah SWT berikut.   

QS. 6:32. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. 
Maka tidakkah kamu memahaminya?  

Ayat sejenis lainnya datang setelah pembicaraan tentang Bani Israel yang rela mengobral nilai-nilai mulia hanya dengan harga murah. Allah SWT berfirman,   

QS. 7:169. Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. 
Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?   








Demikian pula dengan ayat berikut,   

QS. 12:109. Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. 
Maka tidakkah kamu memikirkannya?   

Kalaulah ditimbang antara perkampungan dunia dan akhirat, tentu yang lebih berat adalah akhirat. Kesenangan dunia itu hanyalah sebentar dan akan hilang. Rasulullah SAW bersabda,   

HR. Muslim. "Perbandingan dunia dengan akhirat adalah seperti orang yang mencelupkan salah satu jarinya ke dalam lautan, 
lihatlah berapa banyak air yang dapat ia ambil."   

Bagaimana mungkin nilai dunia akan mengalahkan keutamaan akhirat? Hanya orang-orang yang tidak berpikir yang mengatakan seperti itu.   

Firman Allah SWT kepada Rasulullah SAW berikut ini juga merupakan contoh ayat yang di dalamnya mengandung pertanyaan senada.   

QS. 10:16. Katakanlah: "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. 
Maka apakah kamu tidak memikirkannya?   

Allah telah memberi perintah kepada Rasulullah SAW untuk menjelaskan kepada mereka bahwa diutusnya beliau, dengan membawa Al-Qur'an ini, semata-mata atas kehendak Allah bukan karena kehendaknya sendiri. Telah puluhan tahun Nabi SAW hidup bersama mereka, sebelum itu beliau tidak pernah mendakwakan diri, berbicara atas nama Allah, atau mengaku-ngaku menerima wahyu. Maka, bagaimana mungkin dapat diterima akal, orang yang sangat dipercaya selama 40 tahun kemudian tiba-tiba berdusta? Perjalanan beliau yang harus tiba-tiba "menyimpang" dan melakukan tindakan yang kontroversial, tanpa sebab dan justifikasi. Padahal, sampai saat itu, beliau tetap bersama mereka sehingga mereka selalu mengetahui kondisinya, baik pada saat berada di rumah maupun ketika bepergian, sendirian atau bersama orang lain.   

Firman Allah SWT berikut ini juga mengandung esensi yang sama,   

QS. 21:10. Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. 
Maka apakah kamu tiada memahaminya?   

Rasulullah SAW muncul di tengah-tengah bangsa Arab dengan anugerah Al-Qur'an yang diturunkan dengan bahasa mereka. Di dalamnya, mereka dan kemuliaan mereka disebut--juga terdapat peringatan untuk mereka agar menyembah Allah, serta tentang risalah dan perjalanan mereka--maka apakah mereka tidak berpikir dan memahami nilai yang besar ini?   

Ayat lainnya adalah seperti berikut,   

QS. 23:80. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. 
Maka apakah kamu tidak memahaminya?   

Dalam ayat di ini dipaparkan bagaimana aktivitas Allah di dalam kosmos ini: menghidupkan dan mematikan serta menggilir siang dan malam. Ini semua merupakan tanda-tanda kesempurnaan kekuasaan Allah, keluasan kehendak-Nya, dan ketinggian hikmah-Nya bagi orang yang mempunyai akal, cerdas, dan mampu merenung. Maka apakah kalian tidak berpikir, wahai orang-orang yang sombong dan ingkar?   

Setelah menceritakan tentang bangsa Luth, dijelaskan pula bagaimana Allah menghancurkan kampung mereka dengan cara membalik tanah tempat mereka berpijak. Allah SWT berfirman,   

QS. 37:137-138. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. 
Maka apakah kamu tidak memikirkan? 

Kemudian redaksi "apakah kamu tidak memikirkannya" kembali terulang melalui lisan Nabi Hud AS dan Nabi Ibrahim AS.   

Nabi Hud AS bersabda dalam firman Allah,   

QS. 11:51. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. 
Maka tidakkah kamu memikirkan (nya)?"   

Maksudnya, orang yang tidak meminta gaji dan balasan dari dakwah yang dilakukannya, bagi orang-orang yang berakal berarti ia bebas dari tuduhan.   

Nabi Ibrahim AS bersabda kepada kaumnya dalam firman Allah--ketika mereka menanyakan siapa yang menghancurkan berhala-berhala mereka--sambil menyindir mereka,   

QS. 21:63-67. Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)", kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". Ibrahim berkata: "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?" Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. 
Maka apakah kamu tidak memahami? 

Orang yang menyembah selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat atau memberi celaka, seperti batu yang dapat dipecahkan berkeping-keping dan jika ditanya tidak mampu menjawab, maka ia tidak pantas dimasukkan dalam kelompok orang yang berakal.   Hampir sama dengan redaksi tersebut adalah firman Allah SWT (setelah berfirman tentang setan dan peringatan akan bahaya mereka),   

QS. 36:62. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. 
Maka apakah kamu tidak memikirkan?   

Satu redaksional yang bersifat mengingkari datang dengan pelaku orang ketiga bukan orang kedua, seperti dalam firman Allah SWT,   

QS. 36:68. Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya).
 Maka apakah mereka tidak memikirkan?   


Term Ta'qilun dalam Al-Qur'an   

QS. 2:242. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) 
supaya kamu memahaminya. 

QS. 3:118. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami),
 jika kamu memahaminya. 

QS. 24:61. Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, 
agar kamu memahaminya. 

QS. 57:17. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) 
supaya kamu memikirkannya. 

QS. 6:151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu 
supaya kamu memahami (nya).   

QS. 12:2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab,
 agar kamu memahaminya.   

QS. 43:3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab 
supaya kamu memahami (nya).  


Term Ya'qilun Bersifat Menetapkan dan Mengingkari   

QS. 2:170. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), 
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" 

QS. 2:171. Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta,
maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.   

QS. 5:58. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena 
mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.   

QS. 5:103. Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan h haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan 
kebanyakan mereka tidak mengerti.   

QS. 8:22. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah 
orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun.   

QS. 10:42. Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun
 mereka tidak mengerti. 

QS. 10:100. Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada 
orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.   

QS. 29:63. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi 
kebanyakan mereka tidak memahami (nya).  

QS. 49:4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) 
kebanyakan mereka tidak mengerti.   

QS. 59:14. Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya
 mereka adalah kaum yang tidak mengerti.   

QS. 25:43-44. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau 
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).    


Ayat-ayat Kauniyah adalah Objek Kajian Akal   

QS. 2:164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) 
bagi kaum yang memikirkan.   

QS. 30:24. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang mempergunakan akalnya.   

QS. 45:5. dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) 
bagi kaum yang berakal.   

QS. 13:4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) 
bagi kaum yang berfikir.   

QS. 16:66-67. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) 
bagi orang yang memikirkan.   

QS. 16:12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) 
bagi kaum yang memahami (nya),   

QS. 29:35. Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata 
bagi orang-orang yang berakal. 

QS. 22:46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu 
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.   

QS. 30:28. Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat 
bagi kaum yang berakal.  

QS. 67:10-11. Dan mereka berkata: 
"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.